Batu Kota Wisata(wan)

Sebagai orang yang udah dari kecil dan dibesarkan di kota Batu, aku cukup tau dengan perbedaan kondisi kota Batu saat aku masih kecil dibandingkan dengan sekarang.
Dulu Batu masih sepi dan dingin banget. Tempat wisata belum terlalu banyak, mungkin yang paling hits jaman itu Selecta dan Songgoriti. Tapi kota Batu terus berkembang untuk jadi kota Wisata seperti sekarang. Banyak theme park yang dibuat dan berhasil menarik perhatian para turis (umumnya turis lokal).

Dulu daerah oro-oro ombo itu masih sepi, jarang ada kendaraan lewat sana. Jadi kalau mau ke Malang dan cari jalur alternatif untuk menghindari macetnya jalur utama Batu-Malang , oro-oro ombo ini salah satu alternatifnya. Tapi sekarang kawasan ini sudah jadi sangat ramai, dari pagi bahkan sampai larut malam karena ada Jatim park 2 (yang jam operasionalnya dari pagi) dan BNS (yang jam operasionalnya sampai larut malam). Kawasan ini malah sering jadi macet di musim liburan.

Sebenernya menyenangkan melihat kota tempatku tinggal menjadi kota yang terus berkembang, dan jadi banyak lapangan kerja yang tersedia untuk warga Batu. Tapi segala sesuatu tentu ada sisi positif dan negatifnya, ada yang suka dan tidak suka. Kota Batu yang semakin maju ini juga punya beberapa hal yang tidak disukai warganya. Misalnya, banyak orang yang memuji indahnya alun-alun Batu yang sekarang ini dengan berbagai hiasan, tertata rapi, ada bianglala juga. Tapi ada warga asli Batu yang kurang suka dengan adanya bianglala karena jadi menghalangi indahnya gunung Panderman.

Dan yang menurutku hal paling menyebalkan dari semua perkembangan ini adalah macetnya. Nggak hanya di musim liburan, tetapi saat weekend saja udah agak ramai dan macet di beberapa tempat. Saat musim liburan, bener-bener bikin males untuk keluar rumah karena jalanan penuh dengan mobil dengan plat nomor luar kota. Batu mendadak jadi kota Wisatawan, warga Batu mendadak seolah ga bisa menikmati rumahnya sendiri karena terlalu banyak tamu yang datang dengan ruang gerak yang tetap segitu aja. Bukannya menolak turis luar kota untuk datang ke Batu, tetapi menurutku Batu perlu menyiapkan diri lebih lagi untuk menampung semua tamu itu. Mengatur lahan parkir dan akses jalan agar tidak terlalu macet di beberapa titik.

Waktu hari Jumat kemarin aku pulang ke Batu, di daerah Beji terlihat sedang ada proyek yang dikerjakan. Setelah tanya teman-teman lain, kabarnya di tempat itu akan didirikan hotel dan theme park baru. Tempat ini merupakan tepi jalan raya yang merupakan akses utama menuju kota Batu. Disaat weekend biasa aja, daerah itu sudah sering macet. Gak kebayang gimana macetnya kalau nanti beneran theme park itu sudah jadi. Bahkan setelah ngobrol dengan temanku lebih lanjut (btw, dia kerja di salah satu grup yang mendirikan berbagai theme park di Batu, jadi bocoran dari dia ini cukup terpercaya menurutku) dia bilang kalo ada rencana pembangunan tempat wisata di daerah Bendo dan jalan Wukir. Padahal 2 tempat itu sekarang jadi jalur alternatifku kalau mau ke Malang atau Surabaya. Nahlo, kalo udah pada jadi semua dan macet semua bisa-bisa jadi ga keluar rumah sama sekali lah aku.

Aku bilang kayak gini pun tanpa tau solusinya sih. Aku ga paham tentang tata letak kota, aku ga ngerti tentang lalu lintas kota, tapi yang aku tau warga Batu juga butuh merasakan nyaman di rumahnya sendiri, di kotanya sendiri. Batu boleh terus berbenah untuk jadi kota wisata yang semakin baik, tapi akan lebih baik jika diiringi dengan pembuatan atau pengaturan jalan yang dapat meminimalisir terjadinya macet. Batu itu kota wisata, bukan kota wisatawan. Jangan sampai para wisatawan merasa nyaman di Batu tetapi kenyamanan itu tidak dirasakan oleh warganya sendiri.

By: Jane
Warga Kota Wisata Batu

Komentar