Liburan Anti-mainstream di Surabaya

Kalo liburan di Surabaya kalian biasanya kemana? Ke Galaxy Mall? PTC? Pasar Atom? TP? Ada daftar tempat liburan selain mall? Mungkin yang sudah lumayan umum ada House of Sampoerna, Museum Tugu Pahlawan, Surabaya North Quay (semua yang udah mainstream ini akan aku bahas sendiri di post lain)
Bagi kalian yang ingin liburan dengan gaya yang anti-mainstream, kalian bisa coba mengunjungi beberapa tempat berikut ini saat ada kesempatan untuk berlibur di Surabaya:

1. Kampung Ketandan
Kampung yang berlokasi di daerah jalan Tunjungan ini dulu disebut sebagai Ketandang atau Perang Tandang. Konon katanya, kampung ini adalah barak tempat para prajurit Kraton tinggal. Kampung Ketandan merupakan salah satu kampung tertua di Surabaya yang masih bertahan diantara bangunan-bangunan tinggi dan megah di sekitarnya. Saking tersembunyinya diantara bangunan-bangunan tinggi, aku sempat tersesat saat akan ke sana. Aku awalnya berputar-putar dan salah masuk gang sampai akhirnya ada warga asli sana yang menunjukkan jalan yang benar. Kalo gak salah, aku masuk dari Ketandan Lama Gang I. Dari awal masuk gang, kita akan disuguhi berbagai gambar menari di sepanjang kanan dan kiri gang. Pada pertengahan 2016 lalu, Ibu Risam (walikota Surabaya saat itu) memilih kampung Ketandan sebagai lokasi penyambutan tamu delegasi Preparatory Committee (Prepcom) III for Habitat III 27 Juli, sehingga kampung ini mendadak terkenal dan dihias untuk menyambut para tamu tersebut. Pada saat aku ke sana (Agustus 2016), banyak lukisan-lukisan di dinding yang sangat menarik, Instagramable dan warga di sana pun sangat ramah dengan para wisatawan.




Banyak permainan anak-anak zaman dulu yang sekarang sudah hampir tidak pernah terlihat kembali ditampilkan dalam bentuk gambar dengan warna menarik yang mampu membawa kita ke era 90an, saat permainan masih menggunakan bahan sederhana, tidak perlu listrik, charger, ataupun kuota internet untuk memainkannya.

Logo Surabaya juga tidak ketinggalan
Bagi anak generasi 80-90an pasti bisa menebak tokoh yang digambar

Ini Perbandingan Antara Sebelum dan Sesudah Dihias.
Kalian juga ga perlu takut tersesat karena di dalam kampung Ketandan sudah disiapkan peta bagi para wisatawan, kita bisa memilih mau keluar dari pintu gang yang mana saja. Bagi yang kurang pintar baca peta juga ga perlu khawatir, warga di kampung tersebut juga ramah dan baik kok, jadi jangan takut untuk bertanya arah jalan pulang ya.
Sebenarnya, kampung ini tidak hanya berisi gambar animasi yang menarik, di dalam kampung ini juga ada masjid An-Nur, Makam kuno milik Mbah Buyut Tondo dan beberapa rumah lawas dengan gaya arsitektur tempo dulu yang dapat kalian kunjungi.

2. Kampung Lawas Maspati
Tidak jauh dari kawasan tugu Pahlawan, ada kampung lain yang tidak kalah lawas dibandingkan kampung Ketandan. Kampung ini sekarang disebut sebagai kampung lawas Maspati. Konon katanya di sini merupakan tempat tinggal para patih kerajaan Mataram (Surabaya dulu dikuasai oleh kerajaan Mataram). 
Kampung Maspati yang dikembangkan untuk tujuan wisata ini terdiri dari 2 gang yaitu gang V dan VI yang sudah dihias dengan tema yang berbeda.
Yang pertama aku masuki adalah gang VI, seperti inilah pintu masuk dari gang VI.


Waktu aku ke sana, tidak ada penarikan biaya sama sekali sih. Aku masuk dan lihat-lihat sepanjang jalan kampung dengan sesekali ditemani dan diberi penjelasan oleh warga yang ada di sana. Tapi jika lihat di webnya, sepertinya ada biaya yang harusnya dibayar oleh pengunjung dan disediakan paket wisata juga untuk pengunjung yang membutuhkan tour guide dan ingin memasuki rumah lawas dan rumah daur ulang yang ada di sana. Karena aku ga bayar sama sekali, berikut ini adalah hasil jalan-jalan yang tanpa membayar paket wisatanya ya.

Beberapa meter dari pintu masuk, ada rumah tak terawat dengan foto-foto zaman dulu dengan tulisan TK Indah Sari di setiap fotonya, tidak ada keterangan bangunan apa itu sebenarnya, tetapi ternyata di gang V terdapat TK Indah Sari yang tampaknya masih beroperasi hingga sekarang.


Bagian depan rumah dengan tiang penyangga yang sudah tidak utuh
Saat aku di sana, aku sempat bertemu dengan bapak RT nya, beliau menjelaskan kalau gang VI ini bertema dolanan sehingga kalian dengan mudah akan menemukan banyak gambar dolanan (papan permainan) sepanjang jalan.
Permainan ular tangga
Papan catur, bapak-bapak di gang ini kalau main catur pakai papan ini gak ya?
Di ujung gang VI terdapat pesarehan (makam) buyut Suruh. Tulisan di depan makam menceritakan di dalam sana terdapat dua makam yaitu Mbah Buyut Suruh dan suaminya yaitu Raden Karto Sentono. Kakek dan nenek ini merupakan 2 orang berpengaruh besar di Maspati. 

Seingatku (dan semoga aku ga salah ingat), setelah memasuki gang VI sampai ujung, kita ga bisa langsung ke gang V karena gangnya buntu. Jadi kita harus berjalan kembali ke pintu masuk gang VI kemudian masuk ke gang sebelahnya yaitu gang V. Dari papan petunjuknya terlihat kalau gang V ini isinya macam-macam dan sangat "go green" ya.
Di gang V ini kita bisa menemukan TK Indah Sari, TK yang sepertinya sudah lama berdiri jika dilihat dari foto-foto lawas yang ditempel di gang VI.
Tidak jauh dari TK Indah Sari, terdapat rumah lawas milik H. Soemargono, seorang veteran yang didirikan pada tahun 1907 dan pernah dijadikan markas tentara. Bahkan rumah ini juga menjadi saksi bisu dimana strategi peperangan 10 November disusun karena pada zaman kolonial Belanda, rumah ini juga difungsikan sebagai tempat pertemuan pemuda dan pemudi Surabaya khususnya pemuda kampung Maspati.
Rumah H. Soemargono

Tema Batik dalam Gang V
Dari sebelum memasuki gang ini, kita sudah tahu kan kalo gang ini menerapkan go green dengan pemanfaatan sampah mereka untuk dijadikan bahan daur ulang, bank sampah, pemanfaatan limbah. Ternyata di dalam gang memang banyak info mengenai pemanfaatan limbah tersebut. Ada sebuah rumah yang menjual hiasan dengan bahan dasar sisa wadah korek api bekas, pakaian dari bungkus makanan dan barang bekas lainnya (baju yang mereka buat sudah mengikuti berbagai lomba juga loh), bahkan ada drum komposter aerob yang memanfaatkan sampah rumah tangga seperti nasi basi, sisa potongan sayur dan sisa makanan lainnya.
Daur Ulang dari Wadah Korek Api
Pemanfaatan Sampah Rumah Tangga
Di akhir perjalanan menyusuri gang V, aku menemukan barang-barang lawas yang dipajang di dinding mulai dari lampu, termos, sampai kaleng kerupuk.

Untuk info lebih lanjut mengenai sejarah, kegiatan, denah dan prestasi bisa coba cek di websitenya kampung lawas maspati atau hubungi kontak yang ada di webnya ya.

3. Museum Loka Jala Crana
Menurutku museum ini belum terlalu terkenal dibandingkan museum lainnya di Surabaya. Mungkin karena letaknya yang cukup jauh (di daerah Tanjung Perak) sehingga sulit untuk dijangkau. Bahkan saat aku ke sana dengan arahan google map pun sempat nyasar karena salah jalan masuk. Karena sudah salah jalan, akhirnya aku numpang lewat di dalam kawasan militernya TNI AL, jadi ada bonus lihat tempat latihan TNI AL dan lain-lain. Saranku, daripada akhirnya tersesat, lebih baik coba masukkan "Gedung Pertemuan Graha Samudra Bumimoro" saja ke google map. Nanti museumnya ada persis di belakang gedung pertemuan itu.



Seharusnya untuk bisa masuk ke museum ini, ada minimal peserta rombongan sekitar 20 orang (kalau tidak salah), dan harus telepon dulu. Saat aku ke sana, sangat kebetulan lagi ada rombongan yang study tour ke museum ini sehingga aku bisa ikut masuk dan mengikuti kegiatannya (meskipun ketahuan dan disuruh bayar tiket ke ketua rombongannya dengan harga lebih mahal dari seharusnya). Jadi kalau mau ke sana, pastikan kalian sudah menelepon pihak museum terlebih dahulu ya, daripada akhirnya tidak bisa masuk ke dalam museum.

Di dalam museum ini kita bisa melihat berbagai benda bersejarah dari TNI AL. Dari halaman depan kita sudah bisa melihat berbagai kendaraan (pesawat, tank) peninggalan dari zamanperang yang sudah terjadi. Ketika memasuki bagian dalam museum kita bisa melihat bendera, pakaian TNI AL dan berbagai peralatan yang mereka gunakan untuk berlayar, ada juga berbagai binatang laut yang diawetkan. Sebenarnya hal yang paling menarik dari museum ini, yang membuat aku sangat ingin berkunjung adalah adanya Planetarium. Di dalam planetarium yang berbentuk kubah itu, lampu ruangan dimatikan kemudian ada lampu sorot yang menampilkan berbagai rasi bintang dan galaksi, cocok buat kalian para penikmat bintang malam :)



Pintu masuk ke dalam Planetarium

Petugas yang menjelaskan dengan peta bintang
Gimana? Mau coba menikmati Surabaya dengan cara baru? :)

Komentar