Ketika sudah dapat tiket nonton (saat itu langsung buka aplikasi patjarmerah, pesan dan bayar), langsung lanjut pesan tiket kereta, hotel, dan mengajukan cuti. Hahahaha. Iya, seniat itu perjalananku, sampai cuti segala. Sampai ada orang kantor yang bilang: ke Semarang mau nonton Susan? *karena ketika aku bilang pertunjukan boneka yang terbayang oleh mereka adalah Susannya kak Ria Enes.
Untuk perjalanan dari Surabaya (stasiun Pasar Turi) aku naik kereta ambarawa express menuju Semarang (stasiun Tawang) dan aku merekomendasikan kereta ini. Dengan harga yang tergolong murah (Rp 90.000,00) dan kelas ekonomi, kita bisa menikmati perjalanan yang nyaman selama 5 jam dengan kursi yang empuk. Awalnya aku mengira kursi dengan nomor kecil (1-9) akan selalu menghadap ke arah depan pada perjalanan Surabaya - Semarang. Tapi ternyata bulan lalu temanku ke Semarang dan teori ini tidak berlaku. Jadi, tergantung keberuntungan saja.
|
Stasiun Tawang |
Sampai di Stasiun Tawang, aku berjalan ke luar stasiun menuju ke Polder Tawang untuk memesan ojek online menuju ke hostel. Titik penjemputan untuk ojek online di stasiun Tawang ini memang di area polder, di sana kalian akan lihat banyak bapak berjaket hijau sedang mangkal.
|
Polder Tawang |
|
Area Polder Seberang Stasiun |
Hostel tempatku menginap di area ruko Pekojan. Sebenarnya bisa juga dijangkau dengan jalan kaki dari stasiun, tapi aku memilih menggunakan ojek online saja karena barang bawaanku lumayan banyak dan berat. Saat di perjalanan menuju hostel, aku sempat bertanya tentang titik penjemputan ojek online di area kota lama Semarang, tapi katanya sih bebas kalau di sana, aman-aman saja. Baru berbincang sebentar, bapak ojek onlinenya langsung bilang: dari Surabaya ya mbak? Logatku sudah segitu kentalnya sampai kentara ya.
Sampai di hostel aku langsung check in, nama hostelnya Griya Pantes Pekojan. Saat itu aku sudah pesan dengan aplikasi online. Setelah meletakkan barang-barang di kamar hotel, aku pergi cari makan. Malam itu aku berencana makan nasi gandul pak Memet. Perjalanan dari hostel ke tempat makan hanya 10 menit dengan berjalan kaki, jadi aku jalan saja dengan mengandalkan google maps. Ternyata jalan dari hostel menuju nasi gandul ini cukup gelap dan harus lewat gang kecil gitu. Sempat beberapa kali di-pssst-in laki-laki saat berpapasan, kalau istilah kerennya sih catcalling. Agak sebel kalo harus menghadapi hal ini, dan ternyata ga cuma di Indonesia, menurut temanku yang tinggal di Eropa, di beberapa negara lain juga sering terjadi catcalling lho, ga paham dengan kesenangan macam apa yang mereka dapatkan dengan melakukan hal itu.
Oke, kembali ke topik nasi gandul. Jadi sebenernya nasi gandul itu apa sih? Kenapa namanya nasi gandul? Emang cara makannya gimana? Digantung pake tali kayak lomba makan kerupuk?
Ternyata kenampakannya seperti ini
|
Nasi Gandul Pak Memet |
Terlihat sangat normal ya, ga ada kesan 'gandul-gandul'nya sama sekali.
Jadi ternyata, dulu nasi gandul itu dijual menggunakan pikulan. Satu pikulan berisi kuah gulai daging sapi, satu pikulan berisi nasi putih. Ketika penjualnya berjualan sambil membawa pikulannya, pikulannya akan bergerak gundal-gandul seirama dengan langkah penjualnya, jadi makanan ini disebut nasi gandul. Tapi di era sekarang, nasi gandul dijual di satu tempat, jadi pikulannya tidak perlu dibawa berkeliling lagi.
Kalau dari segi rasa, menurutku rasanya seperti gulai biasa tetapi cenderung manis. Untuk pilihan isinya, bisa dipilih sesuai selera, ada daging dan berbagai jeroan sapi yang bisa dipilih. Tapi jangan terlalu malam ya kalau ke sini, karena makin malam pilihannya semakin sedikit karena sudah banyak yang habis.
|
Pikulan Nasi Gandul |
|
Menu Nasi Gandul Pak Memet |
Saat lagi makan nasi gandul ini, aku bertemu dengan teman baru, solo traveler juga dari Bandung, dan akhirnya kami janjian untuk ketemu lagi di pasar Semawis untuk jalan bareng.
|
Bersama Muthia di Pasar Semawis |
Ternyata pasar semawis itu semacan pasar malam yang ada di daerah pecinan semarang. Berbagai makanan dari yang halal sampai non halal, dari camilan sampai makanan berat dan minuman dijual di pasar ini. Karena sebelumnya sudah kenyang makan nasi gandul, aku akhirnya kami hanya masuk ke sebuah kedai kopi bernama "Waroeng Kopi Alam" dan aku memilih untuk minum cokelat. Iya, cokelat, aku takut sakit maag kalau minim kopi, kan ga asik ya kalo sakit pas liburan.
Menurutku cafenya unik, ada orang yang karaoke di dalam cafe dengan speaker seadanya, disediakan kertas dan pensil warna untuk pengunjung yang mau mewarnai, dan nantinya bisa memajang karyanya di salah satu sisi kedai ini.
|
Area dalam Waroeng Kopi Alam |
|
Tempat pengunjung memsang hasil warnanya |
|
Es Cokelat Waroeng Kopi Alam |
Aku menemukan hal menarik di pasar semawis ini, ada musisi jalanan yang menerma sumbangan via gopay. Bahkan kasih pengamen pun bisa tinggal scan barcode loh, ga ada alasan lagi kalo ga ada uang kecil ya
Hari ke-2 di Semarang, aku memulai hari dengan naik gojek untuk sarapan di Soto Bokoran. Ternyata pas aku ke sana pas banget sotonya baru mulai tutup seminggu.
Akhirnya aku jalan ke nasi ayam bu Pini yang ada di jalan gang pinggir nomor 75. Karena aku ke sana dengan berjalan kaki, aku jadi lebih bisa mengamati sekitar. Berhenti di beberapa tempat, seperti saat melihat rumah dengan desain yang indah ini, aku memutuskan untuk berhenti sejenak
|
Rumah Kopi Margo Redjo |
Yang aku baru tau ternyata rumah ini adalah sebuah roastery. Aku baru tau hal ini saat aku sudah kembali ke Surabaya. Mungkin kalau ada kesempatan ke Semarang lagi, aku mau mampir untuk melihat pabrik kopi sederhana ini.
Selain itu, aku juga sempat melihat klenteng ini. Saat melintas di seberangnya, aku tertarik karena atapnya yang terlihat bertingkat-tingkat
|
Klenteng Siu Hok Bio |
Dan ternyata klenteng Siu Hok Bio adalah klenteng tertua di area ini, sudah berusia 640an tahun.
Setelah berjalan beberapa saat, akhirnya aku sampai di nasi ayam bu Pini. Ternyata nasi ayam adalah makanan semacam kare ayam dengan tambahan sayur manisa agak pedas, krecek, tahu dan telur rebus. Tempat ini buka setiap hari dari 5.30 pagi sampai 9.30 malam, jadi kapanpun kamu lapar, nasi ayam bu Pini bisa jadi salah satu opsi untuk jadi pemadam kelaparanmu di Semarang.
|
Area dalam Nasi Ayam Bu Pini |
|
Nasi Ayam Bu Pini |
Selesai makan aku lanjut jalan ke destinasi selanjutnya yaitu klenteng See Ho Kiong. Klenteng ini cukup terkenal karena sudah diresmikan menjadi salah satu cagar budaya Semarang dengan bangunan yang masih sama seperti awal pembangunannya (1881), belum dipugar. Di area jalan Sebandaran 1 ini ada banyak sekali klenteng, sehingga jalan dikit nemu klenteng, jalan dikit nemu klenteng lagi. Dalam perjalanan, aku melihat sebuah klenteng yang cukup luas, saat aku bertanya ke orang-orang sekitar apa nama klenteng tersebut, mereka menyebutnya sebagai klenteng "setan".
|
Klenteng Hwie Wie Kiong (klenteng marga Tan) |
Setelah di klenteng See Hoo Kiong dan ngobrol-ngobrol dengan penjaganya, baru aku tahu kalo sebenarnya yang dimaksud di klenteng setan sebelumnya adalah klenteng shi tan (marga tan), ga seserem bayanganku.
|
Area dalam klenteng See Hoo Kiong |
|
Pintu Masuk Klenteng See Hoo Kiong |
|
Moaci Gemini Kentangan |
Selesai dari sana aku melanjutkan perjalanan ke area jalan lombok. Sempat nyasar sih karena salah baca peta, tapi untung akhirnya sadar dan berhasil menemukan klenteng beratap biru yang terkenal ini.
Di area seberang klenteng Tay Kak Sie terlihat menarik karena ada papan berbagai shio yang menuliskan peruntungan tahun itu. Fotonya ga perlu aku tampilkan secara jelas ya, kan aku perginya tahun lalu, peruntungannya sudah ganti :)
|
Jalan di depan klenteng Tay Kak Sie |
Di area depan klenteng ada patung Laksamana Cheng Ho yang berdiri gagah seperti foto di bawah ini.
|
Patung Laksamana Cheng Ho |
Saat di sana aku ga masuk karena sungkan, terlihat beberapa orang yang masuk karena mau beribadah. Aku hanya menikmati dari depan saja.
Di sebelah klenteng juga terdapat penjual oleh-oleh dengan etalase yang berisi moaci gemini. Jadi jika tidak sempat ke kentangan langsung saja ke sini. Karena wisatawan biasanya pasti mampir ke jalan lombok. Selain karena klenteng ini, juga karena ada lunpia gang lombok yang terkenal itu.
Selesai dari sana, aku balik hotel dulu untuk istirahat sebentar dan bersiap-siap untuk acara selanjutnya, patjarmerah dan papermoon puppet theatre. *lanjut di blog post selanjutnya
Komentar
Posting Komentar